Ghiyas

Diary #125


Hidupku saat itu terasa hambar, penuh rutinitas yang membosankan. Aku memutuskan untuk mencari teman di sebuah aplikasi, berharap bisa berbincang dengan orang baru, khususnya lawan jenis. Namun, setelah beberapa kali mencoba, aku sadar banyak yang tak sefrekuensi denganku. Hingga akhirnya, aku bertemu dengannya.  


Dia adalah orang pertama yang menyapaku di aplikasi itu. Dengan sederhana, ia mengirim stiker bertuliskan "hai". Dari sapaan kecil itu, obrolan kami mengalir panjang. Namanya adalah Ghiyas. Aku tahu ia masih kelas 11, sekolah di sebuah pesantren, tinggal di Pasir Koja, Bandung, dia sekolah sambil bekerja. Obrolan kami terasa ringan, mengalir, dan nyaman. Tak butuh waktu lama, kami memutuskan untuk bertemu. 


Hari Pertama Bertemu (Sabtu, 16 November 2024)

Hari itu, aku bersiap dengan hati berdebar-debar. Saat ia mengirim pesan "otw", jantungku seperti mau copot. Ia menjemputku dengan motor, lalu kami menuju tempat ia berjualan di daerah Inhoftank. Ketika pertama kali melihatnya, aku merasa sangat gugup. Malu, canggung, namun bahagia bercampur jadi satu. Setelah pertemuan itu, aku pulang dengan senyum yang tak henti-hentinya menghiasi wajahku.


Hari Kedua Bertemu (Minggu, 17 November 2024)

Hari kedua, ia nekat menjemputku meski hujan rintik-rintik turun dari sore. Kami masih sama-sama canggung, tapi obrolan kecil di atas motor membuat hatiku hangat. Malam itu, kami berkeliling Braga, dan aku merasa seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat dunia. Dalam hati, aku ingin memeluknya, tapi rasa malu menahanku. Kami berhenti di sebuah tempat susu murni, membeli beberapa kue sus, dan duduk berbincang sambil sesekali tertawa kecil. Sebelum pulang, aku memberanikan diri bertanya, "Aku peluk boleh gak?" Ia menjawab, "Boleh." Pelukan itu membuat hatiku penuh kenyamanan.







 Hari Ketiga Bertemu (Senin, 18 November 2024)
Hari itu, ia menjemputku sepulang sekolah. Kami pergi ke sebuah tempat es krim bernama Weedrink di Mekarwangi. Dengan gugup, ia menyatakan perasaannya. Aku tahu ini akan terjadi, tapi tetap saja hatiku berdebar kencang. Aku hanya tersenyum dan mengiyakan.  



Hari Keempat Bertemu (Selasa, 19 November 2024)
Sepulang sekolah, kami kembali ke tempat es krim favorit kami. Setelah itu, aku menemani dia mengambil bahan dagangannya. Aku menunggu cukup lama di luar sambil mendengar celoteh dua temannya yang membicarakannya. Meski kesal, aku mengabaikannya. Malam harinya, aku menyusulnya ke tempat ia berjualan, membawa Cimory dan Cilor. Kami menghabiskan malam bersama meski hanya sederhana.  










Hari Kelima Bertemu (Kamis, 21 November 2024)
Hari ini cukup singkat. Kami hanya bertemu sebentar, aku memberikan sebuah baju untuknya. Namun, hari ini juga aku ketahuan oleh ayahku karena terlalu sering bertemu dengannya. 

Hari Keenam Bertemu (Selasa, 26 November 2024)
Kami bertemu selepas sekolah. Tak ada yang istimewa, hanya obrolan ringan hingga waktu Maghrib tiba.




Hari Ketujuh Bertemu (Sabtu, 30 November 2024)  
Hari ini adalah salah satu hari terbaik dalam hidupku. Kami memutuskan untuk pergi ke Dago, namun di perjalanan kami terkena tilang. Anehnya, aku justru merasa bahagia karena kami menghadapinya bersama. Sepanjang perjalanan, aku tak henti-hentinya bercerita, tertawa, bahkan memeluknya erat di tengah dinginnya hujan. Ia meminjamkan kemejanya untukku, dan aku merasa sangat nyaman.  

Hari Kedelapan Bertemu (Selasa, 3 Desember 2024)




Kami bertemu setelah sekolah dan kembali ke tempat es krim favorit kami. Hari itu ia terlihat lelah dan bersandar di bahuku. Saat itu aku merasa tenang. Namun, malamnya, sesuatu berubah. Mungkin ini salahku. Ia mulai dingin dan memberikan silent treatment. Aku merasa sakit. Aku memutuskan untuk memblokirnya, berharap ia akan mencariku.  

Tengah malam, aku bangun dan melihat sebuah pesan panjang darinya di Instagram. Hatiku sempat berbunga, mengira ia mencoba memperbaiki semuanya. Namun, setelah kubaca, pesan itu adalah permintaan untuk putus. Aku menolak, tapi ia bersikeras. Akhirnya aku menyerah.  

Setelahnya
Hari-hari berlalu dengan air mata dan rindu yang tak kunjung hilang. Aku terus mengenangnya, setiap tawa, obrolan, bahkan pelukan singkat kami. Meski hanya sebentar, ia memberiku kebahagiaan yang takkan kulupakan. 

Makasih buat semua kebaikan dan hal indah yang pernah kamu kasih. Maaf kalo selama pacaran aku ga bisa bikin kamu bahagia sepenuhnya. 

Jaga diri baik-baik yaa 
Aku sayang kamu♡♡♡

Comments

Popular Posts